Alasan
yang mendasar dari semangat yang tertuang dalam SKB 4 menteri dalam pedoman
pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diantaranya bahwa anak
usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan. Usia sekolah sangat sensitif untuk menanamkan
pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Sekolah merupakan institusi masyarakat
yang terorganisasi dengan baik. Keadaan
kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai. Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia anak-anak yang
menerapkan wajib belajar. Pendidikan
kesehatan melalui anak-anak sekolah sangat efektif untuk merubah perilaku dan
kebiasaan hidup sehat umumnya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Budiono (2013:
pp.184-191) menunjukkan bahwa 78%
responden mendukung peran UKS untuk menyampaian
informasi kesehatan reproduksi, sedangkan pelaksanaan Trias UKS di sekolah
masih kurang. Hasil kajian ini memberikan
gambaran bahwasanya peran UKS disekolah bukan lagi hanya sebagai pelengkap,
namun menjadi bagian fundamental sebagai bagian dari kerangka besar pendidikan.
Lebih
kongkrit UKS ditujukan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan
derajat kesehatan
peserta didik, mencakup : a. menurunkan angka kesakitan anak sekolah.
b. meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental maupun sosial. c. Agar peserta
didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan
kesehatan di sekolah. d. Meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah. e. Meningkatkan
daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol
dan obat-obatan berbahaya lainnya.
Sementara
saat ini permasalahan kesehatan yang menimpa anak-anak usia sekolah sangat
komplek, mulai dari tingginya angka kesakitan setiap bulannya terutama anak
usia dini TK dan SD yang ini akan menggangu kesehatan anak-anak didik Dalam
kegiatan belajar dan tumbuh kembangnya, lingkungan sekolah berupa sumber air
bersih, jamban, pembuangan sampah, toilet, kantin, serta sarana pendukung
lainnya , tempat dimana hampir tiap hari 4 - 6 jam anak-anak berkegiatan tampak
masih belum banyak mendapat perhatian
dari masyarakat sekitar maupun pihak penyelenggara, kondisi ini juga
turut memperburuk kondisi tumbuh kembang anak dan peserta didik dalam
mempengaruhi pola hidup sehat dan
yang lebih memprihatinkan adalah makanan yang disediakan dikantin sebagai satu
satunya tempat anak-anak
membeli makanan, masih banyak
menyuguhkan jenis mekanan yang kurang memenuhi standar gizi yang dibutuhkan
anak-anak seperti hasil kajian oleh
Kristianto (2013:pp.489-494) dimana hasil kajiannya
menyimpulkan bahwa 71,4% jajanan mengandung formalin. Faktor utama yang
menentukan pemilihan jajanan di sekolah mencakup variabel harga, hadiah, ukuran
porsi, aroma, dan kebebasan menentukan pilihan sendiri. Hal
ini lebih disebabkan oleh pola perilaku para pengelola kantin yang tidak
memahami tentang gizi.
Daftar Pustaka:
Budiono, Muhammad Arif. 2013. Peran UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Dalam Penyampaian Informasi Kesehatan Reproduksi Terhadap Siswa Smp
Negeri X Di Surabaya. Jurnal Promkes Vol. 1 No. 2. ISSN. 1907-9206
Negeri X Di Surabaya. Jurnal Promkes Vol. 1 No. 2. ISSN. 1907-9206
Kristianto, Yohanes. 2013. Faktor Determinan
Pemilihan Makanan Jajanan pada Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 7, No. 11, Juni 2013.
No comments:
Post a Comment