Dec 5, 2015

Expectancy Theory - Motivasi

Vroom dalam Schermerhorn (2010:111) menjelaskan tentang Expectancy Theory, menurutnya motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, maka yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.

Jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, maka motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah. Dalam suatu perusahaan, karyawan akan memberikan usaha maksimal jika mereka melihat suatu peluang apalagi peluang itu terbuka dengan lebar. Lebih lanjut Schermerhorn membagi Expectancy Theory menjadi:

  1. Expectancy, harapan adalah probabilitas bahwa usaha kerja akan diikuti oleh prestasi kinerja. Harapan merupakan keyakinan bahwa upaya seseorang  menghasilkan pencapaian kinerja yang diinginkan. Biasanya didasarkan pada pengalaman, kepercayaan diri, dan kesulitan yang dirasakan berdasarkan standar kinerja organisasi. Hal ini akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu karena mereka pada akhirnya akan memilih perilaku yang akan memastikan tujuan yang diinginkan. Ada 3 komponen yang terkait dengan harapan individu, diantaranya adalah kepercayaan diri karyawan dalam pencapaian tujuan, tingkat kesulitan tujuan, kemampuan pencapaian tujuan.
  2. Instrumentality, adalah probabilitas kinerja yang akan mengakibatkan berbagai hasil kerja. yaitu besarnya kemungkinan bila bekerja secara efektif, apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkannya. Keyakinan bahwa seseorang akan menerima imbalan jika ekspektasi kinerja terpenuhi. Imbalan bisa dalam bentuk kenaikan gaji, promosi, pengakuan atau rasa keberhasilan. Instrumentality rendah ketika imbalan sama untuk tingkat upaya berbeda yang diberikan karyawan.
    Faktor yang terkait dengan Instrumentality
    adalah kepercayaan, kontrol dan kebijakan. Tingkat kepercayaan individu  terhadap organisasi akan memberikan tingkatan motivasi yang berbeda, pada tahap ini karyawan mungkin percaya terhadap janji-janji organisasi. Ketika ada persoalan kepercayaan, karyawan merasa perlu melakukan kontrol terhadap sistem reward. Kontrol terhadap sistem reward bisa dalam bentuk kebijakan yang dibuat dan disepakati oleh organisasi. Instrumentality cenderung meningkat ketika kebijakan tertulis ditetapkan.
  3. Valence adalah kekuatan relatif dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Valence merupakan suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu mempunyai nilai tertentu. Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila dipilih, tetapi sebaliknya mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih. Valence berada pada rentang -1 (hasil yang sangat tidak diinginkan) hingga +1 (hasil yang sangat diinginkan). Valence ditandai dengan sejauh mana seseorang menghargai hasil yang diberikan atau rewards. Lebih lanjut Vroom berpendapat bahwa motivasi, expectancy, instrumentality, dan  valence terkait satu sama lain dengan persamaan
     
Referensi:
Schermerhorn, John R. Jr. 2010. Organizational Behavior. 11th ed. John Wiley & Sons, Inc. USA.

Tulisan Baru

Jamur Tiram peluang dan manfaatnya

  Jamur tiram merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan mudah pada media kayu lapuk, dapat dikonsumsi serta bernilai ekonomi. ...