Vroom
dalam Schermerhorn
(2010:111) menjelaskan tentang Expectancy Theory, menurutnya motivasi merupakan
akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang
bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya.
Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu dan jalan tampaknya
terbuka untuk memperolehnya, maka yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Jika seseorang
menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, maka yang bersangkutan
akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya. Sebaliknya, jika
harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, maka motivasinya untuk
berupaya akan menjadi rendah. Dalam
suatu perusahaan, karyawan akan memberikan usaha maksimal jika mereka melihat suatu peluang apalagi peluang itu terbuka dengan
lebar. Lebih lanjut Schermerhorn
membagi Expectancy Theory menjadi:
- Expectancy, harapan adalah probabilitas bahwa usaha kerja akan diikuti oleh prestasi kinerja. Harapan merupakan keyakinan bahwa upaya seseorang menghasilkan pencapaian kinerja yang diinginkan. Biasanya didasarkan pada pengalaman, kepercayaan diri, dan kesulitan yang dirasakan berdasarkan standar kinerja organisasi. Hal ini akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu karena mereka pada akhirnya akan memilih perilaku yang akan memastikan tujuan yang diinginkan. Ada 3 komponen yang terkait dengan harapan individu, diantaranya adalah kepercayaan diri karyawan dalam pencapaian tujuan, tingkat kesulitan tujuan, kemampuan pencapaian tujuan.
- Instrumentality, adalah probabilitas kinerja
yang akan mengakibatkan berbagai hasil
kerja. yaitu besarnya kemungkinan bila bekerja
secara efektif, apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang
diharapkannya. Keyakinan bahwa seseorang
akan menerima imbalan jika ekspektasi kinerja terpenuhi.
Imbalan bisa dalam
bentuk kenaikan gaji, promosi, pengakuan atau rasa keberhasilan. Instrumentality rendah ketika imbalan sama untuk tingkat upaya berbeda yang
diberikan karyawan.
Faktor yang terkait dengan Instrumentality adalah kepercayaan, kontrol dan kebijakan. Tingkat kepercayaan individu terhadap organisasi akan memberikan tingkatan motivasi yang berbeda, pada tahap ini karyawan mungkin percaya terhadap janji-janji organisasi. Ketika ada persoalan kepercayaan, karyawan merasa perlu melakukan kontrol terhadap sistem reward. Kontrol terhadap sistem reward bisa dalam bentuk kebijakan yang dibuat dan disepakati oleh organisasi. Instrumentality cenderung meningkat ketika kebijakan tertulis ditetapkan. -
Valence adalah kekuatan relatif dari keinginan dan kebutuhan seseorang. Valence merupakan suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai
hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap
individu. Bagi seorang individu, perilaku tertentu mempunyai nilai tertentu.
Suatu hasil mempunyai valensi positif apabila dipilih, tetapi sebaliknya
mempunyai valensi negatif jika tidak dipilih. Valence berada pada rentang -1 (hasil yang sangat tidak
diinginkan) hingga +1 (hasil yang sangat diinginkan). Valence ditandai dengan sejauh
mana seseorang menghargai hasil yang diberikan atau rewards. Lebih lanjut Vroom berpendapat bahwa motivasi, expectancy, instrumentality, dan valence terkait satu sama lain dengan persamaan.
Referensi:
Schermerhorn, John R. Jr. 2010. Organizational Behavior. 11th ed. John Wiley & Sons, Inc. USA.