Jan 3, 2016

Konflik Antara Pkl Dengan Dinas Peternakan Depan Pasar Sabtuan Jember



Pedagang kaki lima selalu menjadi dilema dimanapun berada. Keberadaan mereka bukan karena tidak ada alasan, selain memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari para pekerja PKL juga merupakan penyumbang devisa negara meskipun sumbangannya tidak sebesar TKI. Konflik yang sering terjadi adalah penggunaan lahan yang bukan merupakan miliknya atau bahkan menggunakan lahan milik umum. Tanggal 20 September 2013, pedagang kaki lima pasar sabtuan mendatangi DPRD Jember untuk mengadukan nasib mereka karena terancam untuk di gusur oleh pihak pemilik lahan dimana dalam hal ini adalah Dinas Pembibitan dan Peternakan Provinsi Jatim. Pembelajaran selayaknya memberikan bekal bagi siswa agar mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan di masyarakat. Pembelajaran Berbasis masalah menjadi model realita kehidupan dengan mengangkat fenomena yang terjadi di masyarakat. Konflik PKL dengan Dinas Peternakan di depan Pasar Sabtuan Jember layak untuk grand tema dalam pembelajaran. Dimana dalam pembelajaran melibatkan bidang ilmu yaitu biologi dan matematika serta bahasa Indonesia. Pembelajaran biologi mempertajam kemampuan siswa dalam menganalisis persoalan ini dari sudut pandang lingkungan. Sementara matematika diharapkan dapat maningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis model dalam bentuk persamaan linier untuk mengkaji keuntungan maksimal dari setiap persoalan yang terjadi. Dari hasil analisis persoalan yang terjadi diketahui bahwa ada 3 persoalan mendasar yang dihadapi PKL. Pertama adalah rendahnya tingkat pendidikan PKL. Kedua minimnya pemahaman tentang hukum dan ketiga adalah minimnnya kemampuan dalam berwirausaha. Persoalan pendidikan dan hukum tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat sehingga persoalan ini menjadi ranah pemerintah dalam menyelesaikannya. Sementara yang bisa dilakukan dalam ranah sekolah adalah bagainama melatih wirausaha PKL agar mampu bersaing. Dalam jangka pendek yang bisa dilakukan adalah melatih PKL agar mampu mengolah hasil panen (yang dijual) menjadi bahan turunan sehingga bisa bertahan lebih lama dan memiliki nilai tambah. Hal ini adalah solusi terbaik mengingat karakter hasil pertanian adalah sangat tergantung musim dan waktu jual. Ketika hasil pertanian menjadi bertahan lama dan bisa meningkatkan nilai jual maka hal itu menjadi sesuatu yang menjadikan PKL bisa bersaing.



Totok Iskandar, S.Pd* dan Dra. Endah Pantjaarsih**
 *       Guru Biologi SMA Negeri 3 Jember
**     Guru Matematika SMA Negeri 3 Jember


 

Kewirausahaan Kelembagaan

Pengantar Kewirausahaan
Badan Pusat Statistik merilis pada bulan September 2014 bahwa kemiskinan di Indonesia mencapai 10,96 %. Dengan demikian, lebih dari 27 Juta jiwa penduduk Indonesia masih hidup dalam kondisi miskin. Pilihan solusi terbaik untuk mengurangi jumlah penduduk miskin menurut Sularto (2010) adalah dengan membekali masyarakat melalui pendidikan berbasis kewirausahaan. Pendapat Sularto sudah pernah dilontarkan oleh Lanstron (2005:30) bahwasanya kewirausahaan harus diberi porsi yang besar jika ingin membekali pendidik agar menjadi sumber utama dalam kemajuan industri.
Dua pendapat di atas bukannya mengabaikan kemampuan psikomotor yang terkait dengan kemampuan malakukan kerja maupuan kemampuan dalam kaitannya dengan intelektual, tetapi lebih pada memberikan kemampuan penyeimbang agar kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dilengkapi dengan kemampuan berwirausaha sehingga hasil (produk) dari kombinasi kemampuan afektif, kognitif dan psikomotor mampu di tawarkan dan dipasarkan dengan lebih baik dan mampu memberikan lapangan pekerjaan minimal bagi dirinya. Hasil akhir dari perjalanan panjang ini adalah kemampuan menyediakan lapangan pekerjaan yang akan memberi dampak pada berkurangnya masyarakat miskin yang ada dinegara kita ini.
Manfaat lain dari adanya pendidikan kewirausahaan adalah mengubah salah satu paradigma negatif yang ada di masyarakat yaitu, paradigma yang berorientasi mencari pekerjaan, bukan menciptakan pekerjaan. Salah satu upaya yang dilakukan banyak pihak termasuk pemerintah, dunia usaha dan lembaga pendidikan adalah bagaimana mengubah paradigma tersebut dari berorientasi mencari pekerjaan menjadi menciptakan peluang pekerjaan baru. Perubahan paradigma ini penting untuk dibangun dan dikembangkan. Selain fokus dalam menciptakan upaya pemecahan krisis masalah ketenagakerjaan dan pengangguran tetapi juga mengembangkan potensi kemampuan sumber daya manusia yang mandiri dan berpijak diatas kemampuan sendiri serta ikut memberikan sumbangsih bagi tingkat pertumbuhan ekonomi dan kualitas pembangunan bangsa Indonesia.
Langkah selanjutnya dalam mengurangi kemiskinan adalah memfungsikan diri dalam lembaga yang telah dibangunnya. Bukan berhenti, tetapi terus memperbaiki diri. Salah satu langkah kongkrit adalah dengan memerankan diri sebagai bagian dari institutional entrepreneurships atau kewirausahaan kelembagaan.
Henrekson and Sanandaji (2010) misalnya menjelaskan bahwa interaksi antara lembaga dan kewirausahaan tidak terbatas pada politik kewirausahaan. Kewirausahaan pasar produktif juga dapat mengubah regulasi di lapangan dan menciptakan peluang baru bagi kewirausahaan politik. Seperti yang terjadi di Inggris, misalnya, tidak hanya mendorong Revolusi Industri, mereka beradaptasi dengan cepat dengan teknologi dan metode produksi baru yang diperkenalkan oleh pengusaha pasar. Pemahaman inilah sebagai gambaran nyata relasi antara kewirausahaan dengan kelembagaan yang mampu menciptakan kelembagaan baru sebagai hasil dari penggabungan keriwausahaan dan kelembagaan dalam bingkai kewirausahaan kelembagaan atau ada yang menyebutnya dengan kewiralembagaan.

Tulisan Baru

Jamur Tiram peluang dan manfaatnya

  Jamur tiram merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh dengan mudah pada media kayu lapuk, dapat dikonsumsi serta bernilai ekonomi. ...