Dalam
ekonomi politik internasional, interaksi antar aktor atau pelaku ekonomi
dicapai melalui komunikasi, salah satunya dengan diplomasi. Diplomasi sendiri
merupakan suatu aktivitas yang pada awalnya dilakukan oleh pihak tertentu
(secara resmi oleh pejabat pemerintah; diplomat) yang mewakili negaranya di
negara lain dengan tujuan mencapai kepentingan nasional. Salah satu tugas utama
diplomasi adalah mendorong hubungan ekonomi negara yang diwakili terhadap
negara tujuan yang berkaitan dengan bagaimana menjaga hubungan pasar, proteksi,
dan pengawasan. Aktivitas inilah yang kemudian disebut sebagai diplomasi
ekonomi.
Hal itu juga terjadi di level bisnis.
Seorang manajer perusahaan dituntut untuk terus mengembangkan diri agar mampu
menyediakan pasar agar produksi perusahaan bisa terus ditingkatkan. Salah satu
caranya adalah dengan melakukan diplomasi di level korporat sehingga terus
mampu berkembang. Mengacu pada pendapat Saner (2000:pp.80-92) bahwasanya
dilingkungan bisnis yang komplek seperti saat ini, kemampuan diplomasi
merupakan persoalan penting, yang tidak bisa kita abaikan. Kegiatan negosiasi sebenarnya adalah kegiatan sehari-hari yang tidak dapa terlepas dari
kehidupan manusia. Selama manusia itu melakukan proses komunikasi dengan orang
lain, maka disitulah kegiatan negosiasi itu terjadi dan
kadang kala kita juga melakukan tanpa kita sadari.
Lebih lanjut Saner
& Yiu (2005:pp.298-312) menjelaskan
bahwa diplomat bisnis harus bernegosiasi,
bernegosiasi dan berkompromi dengan pemerintah daerah, dan pada saat yang sama mereka juga harus peka terhadap keinginan dan tuntutan meningkatnya jumlah LSM lokal dan internasional
yang memantau perusahaan-perusahaan
global dalam menjalankan bisnis. Pendapat ini memberikan
asumsi bahwa dalam setiap tindakan perusahaan harus mampu melakukan negosiasi
bukan hanya dalam struktur yang setara atau horisontal antar perusahaan, tetapi
perusahaan juga harus bisa melakukan diplomasi dengan pemerintah setempat dan
juga harus bisa melakukan diplomasi dengan LSM yang ada di daerah tersebut.
Pemaham Saner ini memang mengaitkan keberadaan perusahaan di level
internasional.
Dalam
posisi yang lebih komplek, pemahaman tentang diplomasi publik
telah menjadi kata kunci di kantor-kantor urusan luar negeri di seluruh dunia, terutama setelah Amerika Serikat menyadari masalah reputasi di
banyak negara dan memutuskan untuk mendukung program-program untuk
menginformasikan atau mempengaruhi opini
publik di negara-negara lain
(Wolf & Rosen,
2004). Pendapat Wolf dan Rosen ini memang melekatkan
diplomasi sebagai bagian dari pemerintahan khususnya kantor urusan luar negeri.
Pemahaman ini mempersempit arti diplomasi itu sendiri, dimana diplomasi selalu
dikaitkan dengan diplomat yaitu individu yang mewakili suatu negara dan
posisinya berada dinegara asing. Pemahaman lebih lanjut, persoalan diplomasi
tidak hanya dilekatkan pada seorang diplomat (sebagai perwakilan negara) tetapi
lebih luas pada level bisnis, dimana setiap perusahaan dalam memperluas
jangkauannya membutuhkan seorang perwakilan untuk melakukan diplomasi baik
secara horisontal maupun vertikal.
Negosiasi dan diplomasi tentunya akan
dapat berjalan dengan sukses apabila dilakukan dengan baik. Dalam komunikasi
bisnis, diplomasi bisnis adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang
mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan, bertemu dan berbicara untuk
mencapai suatu kesepakatan. Perbedaan kepentingan memberikan alasan terjadinya
suatu titik temu dan dasar motivasi untuk mencapai kesepakatan baru. Negosiator
yang baik hendaknya membangun kerangka dasar yang penting tentang negosiasi
yang akan dilakukan, agar berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Melakukan
lobi dan negosiasi harus sesuai dengan prinsip- prinsip, strategi, teknik, dan
taktik, esensi dan fungsinya, oleh karena itu disebut sebagai suatu konsep.
Menurut Ordeix and Duarte (2009:pp.549-564)
menjelaskan bahwa agar efektif, diplomasi publik harus terjadi dalam dua arah. Hal ini melibatkan tidak
hanya membentuk pesan bahwa sebuah negara ingin menyajikan persepsi luar negeri,
tetapi juga menganalisis dan memahami cara-cara yang pesan ditafsirkan oleh
masyarakat yang beragam dan mengembangkan alat-alat membaca pesan dan
percakapan serta cara-cara persuasif. Kajian ini memang masih terbatas pada
asumsi diplomasi dalam lingkup negara, bukan dalam perspektif bisnis. Namun
pendapat Ordeix-Rigo ini banyak dijadikan acuan peneliti diplomasi bisnis
karena masih memiliki relevansi yang signifikan.
Teknik negosiasi
dan diplomasi sangat erat hubungannya
dengan kegiatan komunikasi, yaitu praktek Public
Relations. Sepertihalnya dalam komunikasi, maka dalam negosiasi dan diplomasi juga terdapat unsur-unsur tama yaitus sumber (source), pesan (message), saluran (channel),
penerima (receiver), dan efek (effect) serta umpan balik (feed back). Dalam makalah ini
posisi negosiasi sebagai bagian dari diplomasi. Negosiasi merupakan seni dalam
hal diplomasi yang dilakukan oleh diplomat korporat atau perusahaan. Selain
itu, makalah ini dilakukan untuk mengkaji secara empirik dan teoritik peran dan
fungsi dari diplomasi korporat.
No comments:
Post a Comment