![]() |
https://www.youtube.com/watch?v=8Y3oVV5KxeU |
Penyebab
tindakan aktor menjadi objek dari banyak penelitian untuk memahami lebih lanjut
mengenai niatan dari si aktor dalam setiap tindakannya. Banyak teori
berpendapat bahwa dalam rangka memahami tindakan aktor, perlu untuk melihat
motif yang melatarbelakangi tindakan tersebut. Pemahaman deterministik
memberikan gambaran bahwasanya setiap kelembagaan memiliki pola untuk
mereproduksi dirinya sehingga perubahan menjadi sustu keniscayaan. Namun
pertanyaannya apakah perubahan tersebut mampu memberikan ekses positif bagi
lembaga yang baru? Di sisi lain, aktor harus juga menghadapi persoalan apa yang
kita pahammi sebagai paradoks kelembagaan. Dalam
pandangan tersebut, sangat penting untuk mengatasi paradoks kelembagaan misal
bagaimana perubahan instusional memungkinkan jika niat, tindakan dan
rasionalitas aktor dikondisikan oleh lembaga yang ingin dirubah (Battilana and Boxenbaurn, 2004; Dorado, 2005;
Seo and Creed, 2002; Holm, 1995).
Kembali
pada alasan yang menjadi dasar tindakan aktor, menurut penulis yang kami kaji
jurnalnya menjelaskan bahwa dalam melihat tindakan aktor, perlu mengkaji
kewirausahaan kelembagaan dengan melihatnya dari sudut pandang critical realism. Critical realism
melihat bahwa tindakan manusia dalam melihat kenyataan tidak hanya selesai pada
level empiris. Domain empiris hanya akan mereduksi kebenaran ontologis dan
epistemologis terhadap kajian yang dimaksud. Dengan kata lain, untuk memahami
kebenaran yang hakiki, peneliti harus pula memahami dan mampu mengkorelasikan
kebenaran dalam domin empiris dengan domain yang lebih tinggi yaitu domain actual dan domain riil.
Pemaparan
di atas memberikan gambaran bahwasanya dalam memahami tindakan aktor, perlu
untuk mengkaji landasar –atau dalam critical
realism disebut struktur- dari tindakan aktor sehingga aktor mampu secara
efektif dan efisien membawa lembaga menuju kepada kelembagaan baru yang mampu
memberikan lebih banyak manfaat bukan hanya kepada lembaga itu sendiri tetapi
kepada masyrakat dalam struktur sosial yang menjadi tuntutan paradigma ekonomi
bahwasanya setiap prilaku bisnis harus mampu menyeimbangkan antara kepentingan profit, planet dan people.
Dalam kajiannya, Lecca
(penulis Jurnal) mengajukan enam langkah, diantaranya adalah : pada bagian pertama, kami menyajikan hal utama dari critical realism. Kami kemudian
menggambarkan hal itu untuk mengembangkan poin ini, kedua, garis besar teori non-conflating
kelembagaan yang didasarkan pada critical
realism. ketiga, kami menunjukkan
bagaimana kewirausahaan kelembagaan dapat dikonsep melalui pendekatan itu,
sebagai aktor yang menggunakan kekuatan causal
struktur yang sudah ada untuk membuat lembaga baru atau sebagai tantangan bagi
lembaga yang sudah ada. Ini menjelaskan bagaimana mereka dapat membuat atau mengubah
lembaga sebagai bagian dari kelembagaan. keempat,
kami menyajikan implikasi metodologis menggunakan critical realism. kelima,
kami menyediakan kasus ilustratif yang membuat penggunaan empiris pertama dari
model ini. Kami mempelajari bagaimana ARESE berkontribusi melegitimasi dan
melembagakan Socially Responsible
Investment (profit dan sosial) di Prancis. Kami menunjukkan bagaimana critical realism dapat membantu untuk
memahami strategi ini di khususkan untuk penggunaan structure’s causal power, keenam, kita mendiskusikan implikasi dan
mengembangkan saran untuk penelitian di masa depan.
No comments:
Post a Comment